Blog ini telah mengalami perubahan besar. Jika Anda tidak menemukan apa yang Anda cari di sini, maka silahkan Anda mencarinya di www.RumahCahaya.com

Hallo Indonesia-ku

25 Desember 2008


Saya ketikkan jari jemari ini diatas keyboard komputer, sekedar ingin mengeluarkan isi hati mengenai negara kita yang harus tetap kita cintai dengan sepenuh hati walaupun... bagaimana keadaannya.

Terkadang ada orang yang tidak adil dan bijaksana dalam menilai Indonesia ini..., mereka merasa Indonesia adalah negeri yang sudah tidak patut dicinta lagi, karena terlalu banyak kejahatan moral, masalah ekonomi, korupsi, dan sebagainya. Padahal selayaknya, negeri kita tercinta ini tidaklah patut dipersalahkan, karena yang bersalah adalah orang yang melakukan hal-hal tersebut di atas, bukan negara Indonesianya sendiri.

Yang lebih memprihatinkan, karena kebencian mereka kepada Indonesia, atau karena kecintaan kepada negeri tercinta ini mungkin sudah berkurang atau bahkan sudah tidak ada, banyak orang-orang yang terlahir dan besar di Indonesia, serta mulai membangun prestasi di sini, yang meninggalkan Indonesia hanya karena iming-iming berupa materi. Mungkin kita bisa lihat, banyaknya ilmuwan atau pun olahragawan, dan sebagainya, yang semula membawa harum nama Indonesia di kancah Internasional, sekarang sudah balik menjadi musuh-musuh atau pesaing dari Indonesia dengan membawa harum negara lain.

Kalau kita masih cinta Indonesia, sebenarnya nggak banyak yang Indonesia tuntut dari kita. Indonesia hanya menuntut kita para penduduknya memberikan apa yang mampu kita berikan. kalau kita tidak mampu memberikan hal yang besar dan luar biasa, berikan saja hal-hal kecil serta biasa, sepanjang hal tersebut bisa berdampak positip bagi Indonesia beserta para penghuni negeri lainnya.

Kalau kita cinta Indonesia, "hentikan" kebiasaan-kebiasaan yang bisa membuat Indonesia semakin terpuruk. Hentikan kebiasaa-kebiasaan buruk yang sudah sedemikian membudaya sepert; korupsi, suap menyuap, dan sebagainya.

Bagaimana penduduk Indonesia mau sejahtera jika korupsi masih terus kita saksikan setiap hari, yang bukan hanya terjadi di tingkat atas, korupsi tersebut terjadi hingga ke tingkat bawah. Bantuan dari pemerintah pusat untuk masyarakat, bantuan dari pemerintah untuk dinas-dinas kecamatan, gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS), dan sebagainya, selalu saja dan telah merjadi kebiasaan, selalu dipotong dan dipotong hingga jumlah yang sampai tidak sesuai dengan yang seharusnya diterima, bahkan banyak juga dana yang bersifat bantuan yang tidak disampaikan.

Bagaimana Indonesia bisa bangkit dan menjadi negara yang penuh berkah, jika kita saksikan suap menyuap telah begitu membudaya. Salah satu contoh yang selalu kita dengar dan saksikan adalah, jika seseorang ingin melamar kerja ke sebuah instansi/perusahaan baik negeri maupun swasta, banyak yang harus mengeluarkan biaya sebagai uang pelicin. Padahal, andaikan mereka diterima bekerja akibat adanya suap menyuap tersebut, gaji dari hasil pekerjaan yang mereka nikmati adalah bukan sesuatu yang halal. Ibaratnya, jika kita menanam sebuah pohon, sementara bibitnya hasil curian, lalu pohon tersebut berkembang biak serta berbuah, maka tetap saja buahnya tersebut tidak halal untuk dimakan. Bagaimana orang yang terlibat suap menyuap bisa membawa berkah dari hasil suap menyuapnya, sedangkan di badannya saja membawa sesuatu yang tidak halal, andaikan dia beribadah dan berdo'a, maka ibadah dan do'anya tersebut juga tidaklah akan diterima karena pada badannya terdapat sesuatu yang tidak halal.

Kalau kita cinta Indonesia, maka jangan anggap korupsi, suap menyuap, dan sebagainya sebagai hal yang biasa, apalagi jika kita serta merta turut melakukannya, karena hal tersebut bisa semakin membudaya.

Maaf.. di sini saya tidak menggurui, apalagi menghakimi, ini hanya merupakan isi hati saya yang masih terdapat cinta di dalamnya buat negeri ini.

Semoga bermanfaat...!!!

Read more...

A. Mustofa Bisri, Kiai, Penyair dan Pelukis

09 Desember 2008


Meski Kiai Haji Achmad Mustofa Bisri dikenal sangat mobil. Kesana-kemari tak kenal lelah, baik untuk ceramah, diskusi, rapat NU, silaturahmi atau baca puisi. Tapi di bulan Ramadhan, jangan harap bisa "mengeluarkan" Gus Mus (panggilan akrabnya) dari Pondok Pesantrennya di Rembang.

Kenapa ? Sebab tradisinya adalah: selama bulan Puasa, Gus Mus pilih kumpul dengan keluarga dan para santrinya. Dia juga membiasakan membaca takbir dan shalawat 170 kali sehabis Maghrib dan Isya. “Ini memang sudah rutin” katanya. “Bila Ramadhan, saya khususkan untuk tidak keluar. Semua undangan ditolak !”

Sangat boleh jadi, masa-masa bulan suci itu, juga digunakan Gus Mus untuk melakukan dua ‘hobi’ lainnya : menulis puisi dan melukis.

Untuk kegemarannya menulis, memang ada yang mengatakan sebagai nyleneh. Padahal, menurutnya, “bersastra itu sudah menjadi tradisi para 'ulama sejak dulu !” “Sahabat-sahabat Nabi itu semua penyair, dan Nabi Muhammad SAW pun gemar mendengarkan mereka bersyair. Pernah Rasulullah kagum pada syair ciptaan Zuhair, sehingga beliau melepas pakaian dan menyerahkan kepadanya sebagai hadiah !”

Jadi, kiai berpuisi itu tidak nyleneh ? “Sebenarnya bukan saya yang nyleneh, tapi mereka !” Mereka siapa ? Yang mengatakan dirinya nyleneh !

Sebab, menurutnya, “sastra itu diajarkan di pesantren. Dan kiai-kiai itu, paling tidak tiap malam Jumat, membaca puisi. Burdah dan Barzanji itu kan puisi dan karya sastra yang agung ?!” “Al Qur’an sendiri merupakan mahakarya sastra yang paling agung !”

Walhasil, meski KHA Mustofa Bisri adalah Rais Syuriah PBNU. Meski dia anggota Dewan Penasihat DPP PKB. Meski dia Pimpinan Pondok Pesantren Raudhatul Thalibien di Rembang. Tapi kegiatan menulis puisi memang sudah menjadi darah dagingnya

“Bersastra itu kan kegiatan manusia paling tinggi, melibatkan rasio dan perasaan !” katanya.

Nyatanya pula, Prof Dr Umar Kayam memahami sekali hal itu. “Dalam perjalanannya sebagai kiai, saya kira, ia (Gus Mus) menyerahkan diri secara total sembari berjalan sambil tafakur. Sedang dalam perjalanannya sebagai penyair, ia berjalan, mata dan hatinya menatap alam semesta dan puak manusia dengan ngungun, penuh pertanyaan dan ketakjuban” katanya.

Hasilnya, antara lain kumpulan puisi bertajuk Tadarus. “Inilah perjalanan berpuisi yang unik !” lanjut Begawan Sastra Indonesia itu.

Selain menulis puisi, Mustofa Bisri juga punya kegemaran melukis. Karyanya sudah puluhan atau mungkin ratusan. Tapi kurang jelas, apakah karyanya itu juga dikoleksi para pandemen lukisan, dengan membeli seperti mereka membeli karya lulusan ISI, misalnya.

“Kekuatan ekspresi Mustofa Bisri terdapat pada garis grafis” kata pula Jim Supangkat, kurator kenamaan itu. “Kesannya ritmik menuju dzikir, beda dengan kaligrafi !”

Ada Kejadian menarik ketika diselenggarakan Muktamar I PKB di Surabaya. KHA Mustofa Bisri termasuk yang diunggulkan jadi Ketua Umum. Pendukungnya juga banyak. Bahkan konon Gus Dur pun men-support. Tapi, ternyata, Mustofa Bisri sendiri menolak. Atau mengundurkan diri !

Gus Mus justru ... mengadakan pameran lukisan bersama dua temannya, yang mereka beri judul Tiga Pencari Teduh.

Ternyata, dunia politik memang tidak cocok bagi Gus Mus. “Saya mendengar politik saja sudah gerah” katanya. “Apalagi masuk ke dalamnya !”

Itulah salah satu motivasi dia menggelar pameran lukisan. Mencari keteduhan di tangan gemuruhnya politik !

Begitu bapaknya, begitu pula ayahnya. Begitu kakeknya, begitu pula cucunya. Inilah yang terjadi pada Achmad Mustofa Bisri, atau Gus Mus. Kakeknya, H Zaenal Musthofa, dikenal sebagai penulis cukup produktif. Ayahnya, KH Bisri Musthofa, lebih produktif lagi. Juga lebih beragam kegiatannya. Baik di lingkungan politik, pemerintahan, maupun di bidang kebudayaan.

Bisri Musthofa juga dikenal sebagai orator ulung! Dua putranya kemudian mengikuti jejaknya. KH Cholis Bisri ‘mewarisi’ bakat ayahnya dalam politik, dan kini menjadi Wakil Ketua MPR. Sementara adiknya, Achmad Mustofa Bisri, ‘mewarisi’ kepiawaiannya dalam menulis dan bersastra. Tapi keduanya tetap ‘jago’ dalam soal agama, seperti kakeknya maupun ayahnya. Mereka juga memimpin pondok pesantren.

ACHMAD MUSTOFA BISRI dilahirkan di Rembang pada 10 Agustus 1944. Selain mendapat gemblengan dari keluarga sendiri yang memang keluarga muslim yang sangat taat. Gus Mus memperoleh gemblengan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang sohor itu. Kenangannya pada pesantren ini, antara lain terekam dalam puisinya berjudul Lirboyo, Kaifal Haal?

“Lirboyo, masihkah penghuni-penghunimu percaya pada percikan/ sawab-sawab mbah Manaf, mbah Marzuqi, dan mbah Mahrus rachimakumullah? / ataukah seperti dimana-mana itu tidak mempunyai arti apa-apa / kecuali bagi dikenang sesekali dalam upacara haul yang gegap gempita”


Satu Kamar dengan Gus Dur di Al Azhar, Kairo, Mesir

Selain memperdalam ilmu di Lirboyo, Gus Mus juga suntuk di Pondok Pesantren Krapyak, Yogya. Puncaknya belajar di Universitas Al Azhar, Kairo.

Di Al Azhar itulah, untuk pertama kali Gus Mus bertemu dan berkenalan dengan Gus Dur, yang kemudian menjadi Presiden keempat Republik Indonesia.

Seperti pengakuannya sendiri, mereka kemudian tinggal di satu kamar. Gus Dur banyak membantu Gus Mus selama di perguruan tinggi tersebut. Bahkan sampai memperoleh beasiswa.
Uniknya, atau ironisnya, Gus Dur sendiri kemudian tidak kerasan di Al Azhar. Dia DO. Lalu meneruskan studinya di Irak.

PULANG ke tanah air awal 1970-an, Gus Mus langsung... dinikahkan dengan Siti Fatwa Gadis teman Gus Mus sendiri di masa kecil.

Jadi, agaknya, selama Gus Mus studi di Al Azhar, kedua orangtua mereka mematangkan rembuk untuk menjodohkan putera-puteri mereka!

“Banyak kenangan di antara kami” kata Gus Mus pula. “Semasa kecil saya kan sering menggodanya!”

Pasangan ini kemudian dianugerahi tujuh putra-putri. Sikap Gus Mus yang liberal didasari kasih sayang, agaknya sangat mengesankan putra-putrinya. Buktinya, Kautsar Uzmut, putri keduanya, memujanya. “Dia itu tipe Abah yang top!” katanya. “Saya sendiri memfigurkan pria seperti Abah yang nanti menjadi suami atau pendamping saya. Tapi terus terang, sangat sulit!”

Merasa tidak cocok dengan dunia politik, Gus Mus yang menguasai bahasa Arab, Inggeris dan Prancis memang kemudian lebih banyak berkiprah sebagai ‘kutu buku’ dan ‘penulis buku’. Tentu, di samping jabatan ‘resmi’ sebagai Rais Syuriah PB NU, Anggota Dewan Penasihat DPP PKB, dan tentusaja Pimpinan Pondok Pesantren di Rembang.

Meski Gus Mus pernah jadi Anggota MPR mewakili PPP, tapi ‘kiprah politiknya’ sama sekali tidak menonjol. Sebab yang mencuat justru karya sastranya.

Di antara karyanya adalah: Ensiklopedi Ijmak, Proses Kebahagiaan, Pokok Pokok Agama, Kimaya Sa’adah, Nyamuk yang Perkasa dan Awas, Manusia. Serta kumpulan puisi OHOI, Tadarus, Pahlawan dan Tikus, Rubayat Angin dan Rumput, dan lainnya.

Selamat bertadarus puisi, Pak Kiai-penyair! (Minggu Pagi Online)


Profil Pribadi

Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus), kini pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin, Rembang. Mantan Rais PBNU ini dilahirkan di Rembang, 10 Agustus 1944. Nyantri di berbagai pesantren seperti Pesantren Lirboyo Kediri di bawah asuhan KH Marzuqi dan KH Mahrus Ali; Al Munawwar Krapyak Yogyakarta di bawah asuhan KH Ali Ma'shum dan KH Abdul Qadir; dan Universitas Al Azhar Cairo di samping di pesantren milik ayahnya sendiri, KH Bisri Mustofa, Raudlatuth Thalibin Rembang.

Menikah dengan St. Fatma, dikaruniai 6 (enam) orang anak perempuan : Ienas Tsuroiya, Kutsar Uzmut, Raudloh Quds, Rabiatul Bisriyah, Nada dan Almas serta seorang anak laki-laki: Muhammad Bisri Mustofa. Kini beliau telah memiliki 5 (lima) orang menantu: ........, Reza Shafi Habibi, Ahmad Sampton, Wahyu Salvana, dan Fadel Irawan serta 7 (tujuh) orang cucu: Ektada Bennabi Muhammad; Ektada Bilhadi Muhammad; Muhammad Ravi Hamadah, Muhammad Raqie Haidarah Habibi; Muhammad Najie Ukasyah, Ahmad Naqie Usamah; dan Samih Wahyu Maulana.

Selain sebagai ulama dan Rais Syuriah PBNU, Gus Mus juga dikenal sebagai budayawan dan penulis produktif.


Menulis kolom, esai, cerpen, puisi di berbagai media massa, seperti:

Intisari; Ummat; Amanah;Ulumul Qur’an; Panji Masyarakat; Horison; Jawa Pos; Republika; Media Indonesia; Tempo; Forum; Kompas; Suara Merdeka; Kedaulatan Rakyat; Detak; Wawasan; Bali Pos; Dumas; Bernas…


Sejumlah karya yang telah diterbitkan:

  • Ensiklopedi Ijmak (Terjemahan bersama KHM Ahmad Sahal Mahfudz, Pustaka Firdaus, Jakarta);
  • Proses Kebahagiaan (Sarana Sukses, Surabaya);
  • Awas Manusia dan Nyamuk Yang Perkasa (Gubahan Cerita anak-anak, Gaya Favorit Press, Jakarta);
  • Maha Kiai Hasyim Asy’ari (Terjemahan, Kurnia Kalam Semesta, Jogjakarta);
  • Syair Asmaul Husna (Bahasa Jawa, Cet. I Al-Huda, Temanggung; Cet. II 2007, MataAir Publishing);
  • Saleh Ritual Saleh Sosial, Esai-esai Moral (Mizan, Bandung);
  • Pesan Islam Sehari-hari, Ritus Dzikir dan Gempita Ummat (Cet. II 1999, Risalah Gusti, Surabaya);
  • Al-Muna, Terjemahan Syair Asma’ul Husna (Al-Miftah, / MataAir Publishing Surabaya);
  • Mutiara-mutiara Benjol (Cet. II 2004 MataAir Publishing, Surabaya);
  • Fikih Keseharian Gus Mus (Cet. I Juni 1997 Yayasan Al-Ibriz bejerhasana dengan Penerbit Al-Miftah Surabaya; Cet. II April 2005, Cet. III Januari 2006, Khalista, Surabaya bekerjasama dengan Komunitas Mata Air);
  • Canda nabi & Tawa Sufi (Cet. I Juli 2002, cet. II November 2002, Penerbit Hikmah, Bandung);
  • Melihat Diri Sendiri (Gama Media, Jogjakarta)
  • Kompensasi (Cet. I 2007, MataAir Publishing, Surabaya)

Cerpen-cerpennya dimuat dalam berbagai harian seperti Kompas, Jawa Pos, Suara Merdeka, Media Indonesia dan buku kumpulan cerpennya, Lukisan Kaligrafi (Penerbit Buku Kompas, Jakarta) mendapat anugerah dari Majlis Sastra Asia Tenggara tahun 2005.


Disamping puisi-puisi yang diterbitkan dalam berbagai Antologi bersama rekan-rekan Penyair (seperti dalam “Horison Sastra Indonesia, Buku Puisi”; “Horison Edisi Khusus Puisi Internasional 2002”; “Takbir Para Penyair”; “Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air”; Ketika Kata Ketika Warna”; “Antologi Puisi Jawa Tengah”; dll), kumpulan-kumpulan puisi yang sudah terbit :

  • Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem (Cet. I Stensilan 1988; Cet. II P3M Jakarta 1990; Cet. III 1991, Pustaka Firdaus, Jakarta);
  • Tadarus (Cet. Pertama 1993 Prima Pustaka, Jogjakarta);
  • Pahlawan dan Tikus (Cet. I 1995, Pustaka Firdaus, Jakarta);
  • Rubaiyat Angin & Rumput (Diterbitkan atas kerja sama Majalah Humor dan PT Matra Multi Media, Jakart, Tanpa Tahun);
  • Wekwekwek (Cet. I 1996 Risalah Gusti, Surabaya);
  • Gelap Berlapis-lapis (Fatma Press, Jakarta, Tanpa tahun);
  • Negeri Daging (Cet. I. September 2002, Bentang, Jogjakarta);
  • Gandrung, Sajak-sajak Cinta (Cet.I Yayasan Al-Ibriz 2000, cet. II, 2007 MataAir Publishing, Surabaya)
  • Aku Manusia (MataAir Publishing, 2007, Surabaya)
  • Syi'iran Asmaul Husnaa (Cet. II MataAir Publishing, 2007,Surabaya)
  • Membuka Pintu Langit (Penerbit Buku Kompas, Jakarta November 2007)


Kegiatan Pameran:

  • Pameran tunggal 99 Lukisan Amplop Desember 1997 di Gedung Pameran Senirupa Depdikbud Jakarta
  • Pameran bersama Amang Rahman (Alm) dan D. Zawawi Imron Juli 2000 di Surabaya
  • Pameran Lukisan dan Pembacaan Puisi bersama Danarto, Amang Rahman (Alm), D. Zawawi Imron, Sapardi Djoko Damono, Acep Zamzam Noor.. November 2000 di Jakarta
  • Pameran Kaos Kaligrafi, Mei 2001 di Surabaya
  • Pameran Kaos Kaligrafi, Agustus 2001 di Jakarta
  • Pameran Lukisan bersama kawan-kawan pelukis antara lain Joko Pekik, Danarto, Acep Zamzam Noor, D. Zawawi Imron, dll, Maret 2003
  • Pameran Kaligrafi Bersama. Jogya Galery, 2007


Sumber: www.Gusmus.net

Read more...

Anne Ahira : Pendiri Asian Brain Internet Marketing Center

02 Desember 2008



Di sebelah kiri adalah foto Anne Ahira. Mojang Bandung kelahiran November 1979 ini telah menjalankan bisnis online sejak tahun 2001 yang kini penghasilannya sangat signifikan di luar dugaan!

Kepiawaian Anne Ahira dalam menjalankan bisnis online telah diakui oleh banyak media masa di Indonesia.

Bahkan tahun 2007, Pemerintah Republik Indonesia meminta Anne Ahira menjadi pembicara di APEC (Asia Pacific Economic Cooperation) untuk mewakili Indonesia dan menjelaskan tentang REVOLUSI eBisnis yang sedang dia jalankan di Indonesia!

Pada akhir tahun 2005, Anne Ahira mendirikan 'kursus online' Internet Marketing khusus untuk orang Indonesia. Kini muridnya telah mencapai RIBUAN tersebar dari Sabang sampai Merauke, dan terus bertambah setiap hari.



Berbicara tentang internet marketing saat ini, orang akan langsung tertuju kepada Anne Ahira. Hira, begitu biasa dipanggil, telah menjadi pusat pembicaraan di dunia internet marketing. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara di dunia. -- Majalah Modal



Siapapun yang mendengar kisah sukses Anne Ahira pasti akan terinspirasi karenanya. Ahira atau Hira, begitu ia suka dipanggil, adalah seorang dara kelahiran tahun 1979 asal Bandung yang berhasil menaklukkan dunia internet marketing -- Majalah Intra



Dengan laptop miliknya, Ahira bisa berkomunikasi dengan pelanggannya di seluruh dunia dari mana saja -- Majalah Intisari



Nama Anne Ahira kian bergaung. Gadis yang bermukim di Bandung ini telah menjadi pemasar (marketer) kelas dunia. Penghasilan Ahira per bulan bisa menembus ribuan dolar AS. Sistem pemasarannya pun menjadi acuan sejumlah pemasar top dunia. Memukau. -- Warta Ekonomi



Meski kurang begitu dikenal di dalam negeri, nama Anne Ahira sudah sangat dikenal di kalangan Internet Marketer dunia. -- Majalah SWA



Banyak orang tak menyangka bahwa dari sebuah sudut pinggiran kota Bandung, yang menjadi pusat industri tekstil Bandung, mencuat nama Anne Ahira (25) ke tingkat forum internasional -- KOMPAS, 20 Maret 2005



Ahira tak pernah merahasiakan suksesnya dan siap berbagi dengan siapa saja. Dia sama sekali tak khawatir akan mendapat saingan, kenapa begitu? Karena internet marketing merupakan bisnis global. Target pasar sama sekali tidak terbatas jumlahnya dan jangakauannya di seluruh dunia. -- Kompas, 21 Juni 2004



Anne Ahira berhasil memperoleh penghasilan ribuan dollar per bulan dari Internet di usianya yang relatif muda. Penghasilah sebesar itu ia dapatkan dalam kurun waktu kurang dari 1,5 tahun menekuni dunia internet marketing secara otodidak. -- Majalah Entrepreneur Indonesia



Keberhasilannya di Indonesia terhitung langka -- Koran Pikiran Rakyat


Anne Ahira, dia telah menciptakan sistem internet marketing yang kini diikuti ribuan orang -- Tabloid Cita Cinta


Kurang lebih 36 juta penduduk Indonesia hidup dalam status penganggur saat ini. Sebagian kehilangan kerja akibat krisis yang tak kunjung usai, lainnya lagi angkatan kerja yang belum tertampung. Di tengah membumbungnya penganggur itu, ada seorang putri Banjaran, Anne Ahira, yang menjadi jutawan dalam kurun waktu relatif singkat berkat Internet Marketing. -- Koran METRO



Pamornya bergaung di dunia maya. Jaringan bisnisnya merambah di tingkat dunia. Penghasilannya mencapai ratusan juta per bulan. Namun ia memilih tinggal di pinggiran kota Bandung dan lebih suka disebut anak kampung. Anne Ahira, Stay local, Act Global -- Majalah PRODO



Di balik ekonomi negara yang masih terpuruk, pengangguran yang merajalela, serta perasaan gagap dan rendah diri sebagai sebuah bangsa, ternyata ada harapan untuk bangkit. Sebuah revolusi, dari kaki Gunung Malabar, Bandung, Jawa Barat, kini sedang terjadi. Revolusi Bisnis Ahira -- Majalah Wirausaha & Keuangan



Di Indonesia, mereka yang menekuni profesi ini masih tergolong langka. Salah satunya adalah Anne Ahira. -- Majalah Trust



Anne Ahira, orang kampung yang berbisnis global -- Majalah Potensi



Harapan Anne Ahira adalah membuat revolusi bisnis di Indonesia melalui internet marketing -- Vibiznews



Malam penghargaan ISMBEA. Anne Ahira mendapatkan penghargaan 'Indonesian Small and Medium Business


Entrepreneur Award' dari Menteri Koperasi Republik Indonesia Anne Ahira mendapatkan ucapan selamat dari Dewi Motik pada malam penghargaan ISMBEA dari Menteri Koperasi Republik Indonesia



Menjadi salah satu pembicara di APEC atas permintaan Pemerintah Republik Indonesia



Bersama para delegasi APEC yang dihadiri oleh 26 negara



Di acara "Inspiring Woman" - Metro TV



Di acara "Jendela Dunia" - Metro TV



Di acara Talkshow "Tanya Hughes"



Di acara Talkshow "Om Farhan" - AnTeve



Di acara Talkshow "Om Farhan" - AnTeve



Di acara Talkshow "Kick Andy" - Metro TV




Belajar Bersama Anne Ahira Hari Ini Juga. Saya yakin Anda Tidak Akan Menyesal!


Sumber: AsianBrain

Read more...

About This Blog

About This Blog

  © Blogger template Columnus by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP