Blog ini telah mengalami perubahan besar. Jika Anda tidak menemukan apa yang Anda cari di sini, maka silahkan Anda mencarinya di www.RumahCahaya.com

Kasih Ibu, Takkan Mungkin Terbalaskan...

03 Januari 2009


Beberapa hari yang lalu, seperti biasanya hari-hari saya habiskan di depan komputer untuk menulis atau mempostingkan artikel di beberapa website atau blog saya. Sore harinya... (entah pukul berapa saat itu), saya rebahkan tubuh ini untuk berbaring istirahat sambil menonton televisi. Dan apa yang saya lihat di salah satu stasiun televisi tersebut, membuat air mata ini berlinang..


Entahlah, apakah saya ini cengeng atau bagaimana... yang jelas hati saya ini gampang tersentuh jika menyaksikan suatu tontonan atau pun pemandangan yang mungkin bagi sebagian orang biasa saja, walaupun saya yakin banyak juga yang tersentuh hatinya jika melihat apa yang saya saksikan saat itu.


Di sebuah stasiun televisi, saat itu saya menyaksikan sebuah acara yang berjudul “Orang Ketiga” (kalau tidak salah, dan saya tidak melihat dari permulaan acara, tetapi saya melihat beberapa menit sebelum acara tersebut berakhir). Yang saya lihat saat itu, kru televisi beserta seorang wanita yang disamarkan wajahnya (sebagai pemandu), sedang memata-matai seorang perempuan setengah baya.


Perempuan tersebut walaupun sudah berumur, tetapi masih kelihatan cantik di wajahnya, dengan rambut panjang dan ikal pula. Ia naik turun bis kota sambil membawa alat musik berupa sebuah gitar, ia mengamen dari bis kota yang satu ke bis kota yang lainnya. Setelah selesai dengan pemandangan tersebut, kru televisi dan wanita pemandu yang tadi memata-matainya di tempat yang lain, yaitu di sebuah tempat penampungan sampah. Dan di sana terlihat, wanita paruh baya tersebut sedang mencari dan memungut sebagian sampah yang masih bisa didaur ulang untuk dimasukkan ke sebuah keranjang sampah yang ia bawa. Setelah selesai dimata-matai, kru televisi tersebut pergi ke rumah wanita paruh baya tersebut untuk menemui salah seorang anak gadisnya.


Setelah ketemu dengan anaknya, maka segeralah kru televisi tadi menceritakan dan menunjukkan rekaman video hasil memata-matai wanita paruh baya tadi kepada anaknya tersebut, dan termasuk juga kakaknya yang umurnya tidak terlalu jauh berbeda dengannya. Si anak tersebut hampir tidak percaya dengan apa yang ia lihat karena selama ini yang ia ketahui ibunya adalah seorang guru, bukan seperti apa yang ia dengar dan ia saksikan dari kru dan dari hasil rekaman tersebut. Tapi apa yang mau dikata, karena itulah realita/kenyataan yang harus ia terima.


Tidak berapa lama, wanita setengah baya tadi pulang ke rumahnya tersebut (dan memang yang terlihat adalah benar-benar beda dari apa yang saya lihat sebelumnya, kini ia berbusana layaknya seorang guru). Ia kaget karena menyaksikan adanya kru televisi beserta kamera ada di rumahnya. Mula-mula ia marah karena pekerjaannya selama ini yang ia sembunyikan kepada anak-anaknya telah terbongkar, tetapi dengan pelukan kedua anak gadisnya, serta permintaan maaf dari seorang anak gadisnya (karena salah satu anaknya tadi yang meminta kru untuk memata-matainya) akhirnya kemarahannya pun reda, dan berubahlah menjadi tangisan yang mengharukan dari mereka.


Ia berkata, bahwa ia berbohong tentang profesinya kepada anak-anaknya tersebut adalah demi anak-anaknya juga, supaya mereka tidak malu jika harus mengetahui pekerjaan ibunya yang sesungguhnya. Dan ternyata salah seorang anak gadisnya tadi yang meminta kru televisi untuk memata-matainya juga tidaklah bermaksud apa-apa, kecuali ia hanya ingin mengetahui pekerjaan ibunya yang selalu membuatnya penasaran, karena jika memang pekerjaan ibunya adalah seorang guru, kenapa katanya, jika pulangnya sering larut malam. Dan setelah kenyataan tersebut terbuka, mereka semua mau menerima kenyataan yang ada.


Yaa.. itulah yang menyebabkan kenapa air mata ini berlinang... karena saya melihat seorang ibu (mungin single parent, karena saya tidak melihat ada suaminya) begitu rela berjuang menghabiskan sebagian besar waktu dan tenaganya demi anak-anaknya. Setelah berjuang selama kurang lebih 9 bulan lamanya ia mengandung, melahirkan dengan perjuangan antara hidup dan mati, membesarkan anak-anaknya dengan bersusah payah dari kecil hingga dewasa, mendidik, medo’akan dan sebagainya, kini setelah anknya dewasa pun ia masih rela mengamen, memungut sampah untuk melihat anak-anaknya bisa hidup senang dan bahagia, ia tidak memikirkan kehidupannya sendiri, dan saya pun melihat anak-anaknya tersebut memang seperti anak-anak yang cukup dari segi ekonomi dan pendidikan, itu bisa saya lihat dari cara mereka berpakaian, bersikap dan berkata.


Sungguh pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu tidak pernah berhenti sampai kapanpun demi anak-anaknya, dan tidaklah mungkin terbalaskan sampai kapanpun oleh anak-anaknya.


Teramat disayangkan..., banyak juga ibu-ibu lain, dengan alasan kebutuhan ekonomi untuk menghidupi anak dan keluarga, mencari jalan penghidupan dengan jalan pintas dan cara yang salah, seperti prostitusi atau pelacuran, dimana hasil yang ia berikan dan juga dimakan oleh anak-anak dan keluarganya bukan sesuatu yang halal dan berkah, tetapi sesuatu yang haram dan bisa membuat masalah yang lebih besar untuk kehidupannya kelak, baik itu di dunia maupun akhiratnya. Na’udzubillaah...

0 komentar:

About This Blog

About This Blog

  © Blogger template Columnus by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP